Sore itu di Kualanamu Airport, saya mampir disebuah toko baju, ada yang harus saya cari.

‘Tiga ini aja ya, Mbak, bajunya’, sapa kasir toko dengan ramah.

‘Sering ke Medan, Mbak? Tugas ya?’ Lanjutnya.

Dan lima menit berlalu dengan obrolan singkat nan menyenangkan sore itu. Setelah saya tinggalkan tokopun, senyum tidak lekas hilang dari wajah saya.

Saya cepat mencari memori ‘shopping experience’ di laci-laci sudut waktu dalam kilas ribuan warna. Yep, ada yang berbeda yang saya rasakan dari yang biasanya jika saya mampir ke sebuah toko baju untuk berbelanja.

Setelah duduk dan berpikir sejenak, saya baru bisa mengevaluasi. Sapaan dan obrolan si Mbak ‘kasir’ (saya lupa namanya) yang ramah tadi tidak seperti hapalan atau keterpaksaan karena standar operasi pelayanan yang memang harus seperti itu adanya dan berbeda-beda disetiap toko-toko retail. Itu kunjungan saya yang kedua atau ketiga kali ke toko baju itu. Rasanya berbeda.

Salut dengan si Mbak-nya. Cara ia berkomunikasi dengan hati saat itu sangat membekas. Cara ia menangani pelanggan dengan komunikasi yang handalnya itu membuat saya serasa bertemu teman lama. Sangat menyenangkan!

Padahal saat itu hari sudah sore, saat-saat dimana rasa lelah mudah ditampakkan, ketika sapaan bisa jadi hanya sekedar basa-basi, tampilan senyum dan muka ramah bisa hanya sekedar ‘SOP’ saja. Itu semua tidak terjadi. Saya belajar banyak.

Sebuah rutinitas seharusnya tidak membunuh kreativitas, melainkan memberikan kenyamanan untuk bisa berbuat lebih baik lagi, satu level lebih baik disetiap kesempatan yang datang.

Karena disaat-saat itulah kualitas kita sebagai seorang yang katanya sudah biasa atau bisa disebut ‘berpengalaman’ diuji. Seberapa jauh kita bisa membuktikannya dan bisa melakukannya lebih dari sekedar apa adanya.

‘Kualitas itu kita sendiri yang usahakan’.

Medan, 6 November 2016.
-DC-