Kemarin tumben banget harus mengantri di toilet sebuah mall besar di daerah Kelapa Gading. Tidak lama juga sih, tetapi berakhir dengan belajar. Di toilet, kok bisa? Well, bisa jika ini yang terjadi.

Ketika menunggu, tiba-tiba ada anak perempuan kisaran umur 7 tahun ikut mengantri. Saya sedikit bergeser ke kiri, sedikit memanjangkan leher melihat-lihat pintu mana yang mungkin akan terbuka. Kebetulan, toilet di sisi ini ada banyak pintu.

Ketika sibuk memanjangkan leher, saya merasakan pergerakan di belakang saya, saya sedikit menoleh, rupanya anak perempuan kecil itu ikut bergeser ke kiri. Saya tersenyum simpul. Amazed. Tidak biasanya anak-anak sekecil ini bisa sedetil itu memperhatikan. Dia menoleh, sedikit mendongak kecil ke arah saya.

Tidak lama, ada satu pintu toilet yang terbuka, cukup jauh, berada di paling ujung, sayapun jalan menuju pintu tersebut sampai tiba-tiba sebuah pintu yang saya lewati juga terbuka ketika saya belum sampai di pintu ujung yang sudah terbuka terlebih dulu.

Si anak perempuan kecil itu langsung menuju pintu yang terbuka ini, jaraknya pun lebih dekat. Ketika saya tidak sengaja memperhatikan langkah-langkah kecil itu, ia menoleh ke saya dan dalam waktu sepersekian detik, ia terdiam menunggu depan pintu itu dan sepertinya saya merasakan ia bilang ‘ini terbuka lebih dulu, mau masuk dan pakai yang ini, Kak?’

Saya menoleh, tersenyum, menggeleng kecil, dan memberi kode ia bisa segera pakai toilet itu.

Saya tidak bertemu anak perempuan kecil itu lagi. Ia membuat saya berpikir, belajar dan percaya, masih ada orang tua-orang tua hebat di luar sana yang bisa mengajarkan arti ‘mengantri’ dengan ‘kualitas’ di tempat umum. Yang seringkali tidak saya jumpai di orang-orang dewasa yang saya temui dengan situasi yang hampir sama. Khususnya di jalan, mall dan airport.

Anak perempuan kecil itu telah mengingatkan saya untuk tetap percaya bahwa selalu ada peluang melihat sesuatu jauh lebih baik. Asalkan membuka mata untuk nemperhatikan lingkungan sekitar. Bagus juga saya sedang tidak mood memegang telpon selular saya ketika sedang menunggu. Jika iya, saya sudah pasti dalam keadaan tertunduk dan tidak awas. Sibuk men-scroll layar kecil itu dan melewati ‘momen’ pembelajaran ini.

Anak perempuan kecil itu telah mengajarkan saya arti harapan (melekat pada kualitas dirinya) dalam konteks yang sangat sederhana tapi sangat berkesan.

Jadi hari esok bisa lebih cerah dan menyenangkan, membayangkan bertemu anak-anak kecil seperti ia.

Yuuk, mengantri dengan kualitas!

Minggu sore, 20 November 2016